Oleh: Fikri Mahmud
Beberapa waktu lalu ada mahasiswa yang berkata bahwa siapa saja yang berbohong maka ia adalah munafik; “Kenapa begitu?”, tanya saya. Ia menjawab dengan mengutip hadis “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga…….”. “Sekarang begini,” kata saya, “Tanda-tanda seekor kerbau itu ada tiga: bertanduk, berekor dan berkulit hitam; Bisakah kita katakan bahwa setiap yang bertanduk itu adalah kerbau?” tanya saya. Mahasiswa itu jadi bengong, ia menjelaskan bahwa pendapat tadi ia dengar dari ceramah seorang Ustadz. Lalu saya katakan bahwa barang kali Ustazd tersebut tidak belajar Ilmu Manthiq, itulah sebabnya ia berkesimpulan seperti itu. Terkadang bukan dalilnya yang salah, tapi pemahaman terhadap dalilnya yang kurang tepat. Anehnya, ketika kita menolak pemahaman itu, kita dianggap pula menolak Sunnah. Ini adalah karena tidak membedakan antara Sunnah dengan Pemahaman terhadap Sunnah. “Manthuq” (teks) Al-Qur’an dan Hadits Nabi perlu dipahami dengan “Manthiq” (nalar) yang benar.